Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Monday, April 6, 2009

Quran

The Quran a Biography: Serial Buku yang Mengguncang Dunia
Oleh AHMAD SAHIDIN

“Segala puji hanya bagi Allah,
Tuhan segala sistem ilmu pengetahuan”

ANDA mungkin kaget atau juga tidak kaget. Jika Anda terbiasa membaca terjemahan Al-Quran surah Al-Fatihah ayat “alhamdulillahirabbil `alamin”, yang biasanya diartikan: “segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” menjadi “Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan segala sistem ilmu pengetahuan.” Mungkin heran. Mungkin juga tidak aneh. Namun, yang jelas bahwa itu terjemahan yang tidak biasa.

Salahkah? Saya belum berani menyebut benar atau salah karena saya sendiri tidak punya kemampuan dalam ilmu-ilmu Al-Quran maupun tafsir, apalagi urusan bahasa Arab. Sangat jauh dari bisa atau piawai.

Terjemahan “Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan segala sistem ilmu pengetahuan” ini saya temukan dalam buku “The Quran a Biography: Serial Buku yang Mengguncang Dunia” karya Bruce Lawrence, diterbitkan Penerbit Salamadani Bandung, 2008 (hal.130). Terjemahan tersebut dikemukakan oleh W.D Mohammed, seorang aktivis Muslim Amerika yang berkulit hitam. Tampaknya W.D Mohammed punya alasan dibalik penerjemahannya itu. Saya selaku pembaca hanya menangkap bahwa: W.D.Mohammed tampaknya ingin memposisikan bahwa Tuhan dapat hadir dalam peradaban Barat, yang karena saking science-oreinted kadang tidak dipedulikan. Tuhan dalam sains dan khazanah keilmuan Barat tidak mendapat tempat; karena doktrin teologi kadang dianggap bertentangan, dan bahkan menghalangi kemajuan sains. Sebagai seorang misionaris Islam di negeri sekular, W.D Mohammed berupaya untuk menjelaskan pada masyarakatnya bahwa Allah itu pemilik ilmu, sumber ilmu pengetahuan dan sangat menghargai mereka yang bergelut dalam ilmu pengetahuan. Mungkin karena keberaniannya dalam menafsirkan ayat Allah itu, penulis Lawrence memasukkan W.D.Mohammed selaku penafsir Al-Quran kontemporer.

Menurut Lawrence, pada masa sekarang ini setidaknya ada dua bentuk penafsiran dan pemahaman orang terhadap Al-Quran: penafsiran yang literalis (harfiah) yang diwakili kaum fundamentalis seperti Osama bin Laden, dan penafsiran yang kontekstual seperti W.D Mohammed. Penafsiran yang literalis dianggapnya tidak bersahabat dengan dunia karena mereka beserta pengikutnya telah membuat batas pemisah: Islam dan kafir. Mereka yang tidak setuju dengan penegakkaan syariat Islam yang harfiah dan pembentukan negara Islam, berada dalam garis “kafir” dan harus diperangi. Gerakan radikalisme agama dan sejumlah teror yang mengatasnamakan agama terlahir dari paradigma di atas. Sedangkan model kedua, dinilainya bisa kompromi dengan peradaban Barat karena dilandaskan pada nilai-nilai universal, bercorak inklusif, mengusung khazanah ilmu dan kemajuan peradaban. Manakah yang benar? Anda sendiri yang bisa menjawabnya.

Selain membahas masalah penafsiran Al-Quran kontemporer dan fungsinya untuk umat Islam sekarang ini, Lawrence juga mengulas tentang upaya para ulama seperti Imam Ja`far Ah-Shadiq, Abu Ja`far Ath-Thabari, Ibnu Arabi, Jalaluddin Rumi, Muhammad Iqbal, W.D.Mohammed, dan Osama bin Laden, dalam memahami kitab Umat Islam tersebut.

Bahkan, pada bagian awal buku, Lawrence menyuguhkan ulasan tentang sosok Nabi Muhammad saw dalam berbagai profesi seperti pedagang, pembawa risalah Ilahi, ahli strategi dan perang, organisatoris, tentang Isra Mi`raj.

Tampaknya buku yang komplet menyajikan pemahaman Al-Quran dari masa klasik hingga kontemporer, seperti buku “The Quran a Biography: Serial Buku yang Mengguncang Dunia” karya Bruce Lawrence terbitan Salamadani ini, sangat sedikit dipasaran. Apalagi yang dikaji dan diulas oleh orang luar Islam. Dari orang luar biasanya kita akan tahu borok dan kelemahan, bahkan kelebihannya. Meskipun orang luar (baca: Barat) itu punya penilaian, tetap saja saya sebagai umat Islam yakin dengan “haqqul-yaqin” bahwa Al-Quran itu kitab suci paripurna. Sementara hasil kajian orang Barat,termasuk buku “The Quran a Biography: Serial Buku yang Mengguncang Dunia” ini bisa kita dudukan dalam konteks wacana ilmiah saja.

AHMAD SAHIDIN, pekerja buku


No comments: