Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Wednesday, July 11, 2007

Lagi Menggugat Bolotisme

EVOLUSI “budaya” BOLOTISME; dalam rangka mengembalikan agen of change

Oleh M Alzibilla

Hidup sesungguhnya adalah dinamis (bergerak)., gerak itu sendiri adalah perubahan. Dan perubahan yang di kehendaki tentu saja adalah perubahan ke jalur yang baik. Oleh karena itu ada sebuah falsafah hidup yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak ada yang statis tapi dinamis.

Ada perubahan yang bersifat revolusi dan ada pula yang bersifat evolusi. Perubahan revolusi adalah perubahan yang menyeluruh secara besar – besaran yang bersifat mendadak dan mendasar. Perubahan secara revolusi seringkali berimplikasi negative dan tidak sistematis. Kita lihat saja tragedy reformasi yang di lakukan oleh para mahasiswa yang terjadi di Jakarta, sesungguhnya adalah gerakan yang sangat prontal. Sehingga menimbulkan korban yang cukup banyak, seperti harta, mental dan jiwa. Karena belum adanya kesiapan masyarakat untuk menerima perubahan yang sangat cepat dan mencengangkan hati itu.


Sedangkan evolusi adalah perubahan yang bersifat berlahan tapi pasti. Perubahan yang di dasarkan kepada planning ( perencanaan yang matang), sistematis, gradual ( bertahap ) dan berlanjut. Sehingga geraknya menimbulkan hal positif dan konstruktif. Tetapi dalam menggapainya perlu waktu dan kesabarannya yang kuat.

Perubahan yang bersifat evolusi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan mahasiswa hari ini telah terjerat dalam budaya bolotisme , efeknya pikiran mahasiswa hanya dijejali dengan uang untuk bergaya dan sibuk mencari wanita. Kalau pun tidak, mereka berusaha untuk kuliah secepat mungkin beres. Tidak peduli dapat ilmu atau tidak yang penting cepat dapat ijazah kemudian kerja, ujung-ujungnya duit juga. Ternyata tidak seperti yang di ungkapkan di atas penilaian mahasiswa khususnya mahasiswa UIN saat ini telah kehilangan misi yang di embannya sebagai agen of change, kalau kita raba realitas mahasiswa hari ini, mengcopy perkataan kang farid meminjam istilah para aktivis kampus bahwa mahasiswa kampus gersang (baca: UIN SGD). Dimana mahasiswa lebih disibukan dengan gaya hampa makna, berkutat wanita miskin wacana, gemar menggosip anti mengkritik, berlomba – lomba mengikuti trend, gengsi di sebut ketinggalan zaman (dibaca ; gaptek),kuliah hanya dengan konsep D2P (datang, duduk pulang) dan segenap persoalan miris lainnya. Apakah seperti ini mahasiswa sekarang khususnya mahasiswa UIN yang di percayai oleh masyarakat sebagai agen of change untuk masa depan negeri?

Pertanyaan inilah yang tidak di akomudir oleh mahasiswa sekarang yang sedang menikmati budayanya (dibaca ; bolotisme).

Oleh karena itu, mahasiswa sekarang,di anggap perlu membuat susunan konsep, strategi dan target yang jelas. Target yang hendak di capai ini harus bersifat logis dan realistis supaya mudah dievaluasinya. Untuk keperluan ini mahasiswa harus mempersiapkan konsep diri yang baik supaya terhindar dari budaya bolotisme yang telah merambah ke pelosok kampus. Karena itu, menurut aa gym, untuk perubahan mulailah dari diri sendiri, dari hal – hal yang kecil sebelum melangkah ke arah yang lebih besar mulailah sekarang juga.

Akhirnya kita berkesimpulan, bahwa hidup ini harus berubah. Tentu perubahan yang di inginkan sesuai dengan cita – cita ideal, yakni menuju ke arah yang lebih baik yang di harapkan oleh masyarakat banyak sebagai agen of change yang menjanjikan. Perubahan seperti ini harus di upayakan terus menerus dan di perjuangkan tanpa mengenal lelah. Karena kita tidak ingin perubahan itu bersifat temporer yang bersifat sesaat. Tetapi perubahan yang bersifat permanent dan grafiknya terus meningkat.

Sehingga nantinya hal itu akan menjadi tangga – tangga yang menghantarkan kita untuk mencapai perubahan signifikan yang di harapkan oleh halayak orang banyak. Dan kembali kepada misi yang di emban oleh mahasiswa sebagai AGEN OF CHANGE sebagai perubah kampus ini. Kita memiliki potensi untuk berubah. Juga di beri anugerah kemampuan dan pengetahuan untuk memberdayakan potensi tersebut, sehingga perubahan yang terjadi sesuai dengan yang di inginkan. Sampai sejauh mana kita mampu memberdayakannya, sejauh itu pula perubahan yang di inginkan.

Marilah kita Melangkah ke depan kepalkan tangan bulatkan tekad gaungkan lagu peterpan
Lawan dunia
Kita adalah hati yang tertindas, kitalah langkah yang berhenti berjalan
Kitalah mimpi yang tak terwujudkan
kita memahami yang sesungguhnya
Kita harus menjelaskan semua, tak peduli kata mereka
Kita berjalan melawan dunia
Kita hanya bicara mereka tak beri jawaban
Tak perlu dengar kata mereka teruslah berjalan
Tak perlu kata mereka teruslah berjalan

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan seseorang sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra’d [13] : 11)

No comments: