Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Sunday, May 25, 2008

Cwit

Cwit Dlim…
Oleh Badru Tamam Mifka

Insomnia: hantu tengah malam yang kerap merampok jatah mimpi indah saya, hampir setiap malam. Seperti malam itu, jam 11 lebih, saya masih tak sedikitpun terantuk rasa kantuk. Sudah mati-matian kupejamkan mata, tetap saja tak kunjung tidur.

Pikiran berloncatan tak henti. Saya coba mengingat hal-hal serem berharap lelap, malah merinding bulu-bulu di sekujur tubuh. Saya coba kosongkan pikiran, tetapi tak bisa. Lalu saya ambil sebuah buku kumpulan puisi. Satu-persatu halaman saya baca, sungguh, si bedebah insomnia masih tak henti menggagahiku.

Malam itu, ternyata tak hanya hantu insomnia yang mengganggu saya, tetapi juga SMS iseng. Hm, setiap orang yang punya ponsel tentu pernah mengalami dapat SMS iseng di tengah malam. Begitupun saya malam itu, mendapat pesan pendek dari nomor yang tak saya kenal. Pesan pendek yang menyedihkan:

Yang! Aku kesepian,

pingin ditemenin!

Saya langsung yakin SMS iseng dengan nomor tak dikenal itu pengirimnya adalah kawan saya. Atau setidaknya dia orang yang tahu bahwa saya penggemar humor murahan. Saya sebenarnya malas membalas SMS kurang kerjaan ini. Tapi, why not? Kubalaslah SMS iseng itu:

Saha ieu? Kesepian mah tangkeup we

tiang listrik. Gegelan kabelna.

(Siapa ini? Kalo kesepian, peluk aja

Tiang listrik. Gigit kabelnya.)

Awalnya saya yakin dia kapok. Tapi beberapa detik kemudian, dia membalas SMS saya:

Yang, kamu ko gitu sih?

Aku marah nih!!!

Bisa dipastikan bahwa dia manusia kesepian yang tak becus ilmu menipu. Ya, pasti dia seorang kawan yang punya ponsel atau nomor baru. Tak lama kemudian saya membalas masih seenaknya:

Ambek mah abus we ka jero sumur

Tapi di jero tong hitut, bisi disangka sora adzan

(Kalo marah, masuk saja ke dalam sumur,

Tapi di dalam jangan kentut, nanti dikira suara adzan)

Saya berharap dia menderita dengan modus penipuan picisannya. Tapi dia masih membalas:

Yang aku serius!!

Pokoknya aku tunggu kamu besok jam 10

di kampus!

Dia pasti tak menyangka saya akan membalasnya:

Heueuh, tungguan saya isuk di kampus

Kade poho mawa granat!

(Ya, tunggu saja saya besok di kampus.

Jangan lupa bawa granat!)

Entah kenapa, dia masih saja membalas SMS saya. Kali ini denga isi yang sudah mulai beradaptasi dengan permainan saya:

Bawa sekalian buku

Pengantar Antropologi

Tak mau kalah pantang menyerah, saya membalasnya lagi dengan pesan seenak ungkap:

Euweuh buku Pengantar Antropologi mah

Aya ge buku masak

Ke wang karungan heula.

(Gak ada buku pengantar antropologi

Ada juga buku masak

Ntar saya masukin karung dulu)

Beberapa menit lamanya tak ada balasan lagi. Saya berharap dia kehabisan kata-kata untuk membalas SMS saya. Saya tak peduli siapa dia. Saya tak peduli apa dia akan membalas atau tidak. Malam itu, yang saya peduli adalah balasan SMS dari seorang teman perempuan yang satu jam lalu saya kirim pesan sapaan singkat dengan sedikit pertanyaan basa-basi. Dia gadis baik. Sudah beberapa minggu lamanya saya dan dia saling balas SMS sebelum tidur. Tapi malam ini, SMS terakhir saya belum juga dia balas. Ah, mungkin dia sudah tidur. Bukankah besok dia harus bangun pagi dan bekerja?

Sekilas bayangan wajahnya melintas di pelupuk mata saya. Saya menghela napas panjang. Saya buka kembali halaman 45 dari buku kumpulan puisi yang tadi saya baca. Puisi-puisi itu merayap pelan di benak saya. Saya pejamkan mata, tapi tak kunjung tidur. Pikiran bersilangan di kepalaku. Pikiran kacau, tentang persoalan-persoalanku yang tertunda. Tentang kuliah. Tentang segala perasaan sedih. Tentang segala hal yang akhir-akhir ini membuat saya stress.

Malam semakin hening dan dingin. Tiba-tiba ponsel saya berbunyi. Awalnya saya curiga si pengirim iseng itu telah menemukan ide untuk membalas SMS saya. Tetapi bukan. Di layar ponsel tertera nama seorang gadis yang saya rindukan SMS balasannya. Dengan senyum kecil saya segera membukanya. Saya membacanya…

Aduh, sorry ketiduran..

…..

Jangan pernah berpikiran

Kalo kamu sendiri!

Dia sahabat perempuan saya yang baik. Cukup lama, setiap menjelang tengah malam, saya dan dia “berbincang” via SMS. Tentang puisi. Tentang apapun. Malam itu, hampir jam 12, kami mengakhiri “perbincangan” itu. Selalu, selalu saja ia akhiri setiap SMS nya dengan ungkapan yang lembut. Ya, seperti juga penutup SMS nya malam itu:

Cwit dlim…

Jatinangor, 12 Mei 2008

No comments: