Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Tuesday, November 6, 2007

Mari Bermaafan

Salam Semua,

Bulan Rahamdhan telah kita selesaikan, hari yang ditunggu dan dikenal oleh masyarakat umum sebagai hari kemanangan datang jua. Syawal menjadi bulan yang sepertinya difavoritkan oleh anak-anak bahkan orang dewawasa. Selain makan melimpah ruah juga pangan tak ketinggalan. Hari pertama bulan syawal biasanya kita isi dengan sholat dan saling mengunjungi tetangga, sanak saudara dan handay tolan. Momentum idul fitru dijadikan ajang silaturahmi. Konon menurut ahli idul fitri dapat dimaknai sebagai hari ”kembali kepada kesucian”. Karena selama Rhamadan kita berpuasa dari segala macam goda. Setelah itu jiwa dan tubuh kita diharapakan menjadi stabil kembali. Itupun bagi orang yang menjalankan puasa secara tulus dan serius. Shilaturahmi antar sesama tidak hanya sebgai tradisi namun ada nilai religi yang terkandung. Dosa tetangga dan sanak saduara kita usahakan saling dimaafkan meskipun hanya satu hari.

Namun, sadarkah kita selain kita memilki dosa sosial antar manusia juga dosa terhadap alam ini. Hutan yang dulunya asri sekarang hanya sebuah cerita, pendangkalan dan kotornya sungai menjadi pemandangan yang lumrah kita saksikan. Alih fungsi lahan yang dilakuaknoleh masykata maupun para pejabat tak lagi memamndang kaidah analisis lingkungan. Pedoman buku Andal hanyalah kitab tak pernah kita taati. Padahal kitab itu layaknya dijadikan buk pedoman bagi para kontartor dan pemegang kebijakan. Lebih ngeri lagi jika kalau kita mempertahitakan hutan indonesia yang masuk guiness book record tahun lalu negara kita yang tercinta menempai urutan pertama dalam penurnan jumlah hutan.

Lantas bencana seperti arisan keluarga. Daerah satu dengan daerah yang lain tinggal menunggu giliran.peralkuan kita terhadap lingkunga ; hutan, sungai, lahan dll. Masalah lingkungan hidup -mau tidak mau- merupakan milik kita bersama, baik lokal maupaun global, dewasa dan anak-anak. Juga keprihatian kita bersama? Dengan sepuluh juta manusia, dan lebih banyak makhluk lain lagi, kita hidup dalam sebuah metropol yang baru-baru ini diberi kehormatan oleh Guiness Book Record sebagai negara yang tercepat dalam penurunan hutan. Tak lupa juga tahun 1998 PBB mengkategorikan Negeri ini sebagai kota tercemar nomor tiga di dunia, setelah Mexico City dan Bangkok. Kesejahteraan lingkungan hidup kita begitu dikorbankan kepada kebutuhan lain, yang ada kalanya sangat mendesak, tetapi tak jarang juga hanya keserakahan, kenikmatan dan kemudahan yang berlebihan.

Negeri kita tengah mengalami bencana alam yang katastarofal bagi masa depan seluruh Asia Tenggara, yakni kebakaran hutan dan penggundulan massal hutan tropis di Kalimantan, Sumatera, dan lain pulau sekarang papua. Ini bukan permainan alam, tetapi ulah manusia yang haus akan lahan, entah untuk mencari nafkah hidup yang sangat perlu atau mengeruk kekayaan maksimal. Asapnya akan segera terbawa angin tetapi akibatnya menjadi beban masa depan.

Sejak tahun 70-an beberapa earth summits tentang lingkungan hidup, pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, dan lain-lain, berusaha membangkitkan keprihatinan mondial dan menjadikan politik global. Usaha-usaha itu –betapapun mengembirakan- sampai sekarang belum menghasilkan banyak tindakan nyata. Keprihatinan sesaat untuk lingkungan hidup lekas kendor karena keprihatinan sosio-ekonomis yang terasa lebih mendesak. Kurang diinsyafi bahwa seruan bumi, jugalah seruan orang miskin. Celakanya lagi mind set orang modern religi yang memahami alam ini sebagai sub ordinat bagia manusia yang layak untuk dieksploitasi seenaknya tak kunjung berubah.

Tidak sadarkah kita bahwa apa yang kita lakukan selama ini memilki dampak yang sangat besar bagai pola ekosistem dan kesetimabngan alam ini. Dosa kita selain terhadap sesama manusia dan Tuhan juga terhadap lam ini. Pernahkan terbersit dalam nurani untuk bersilaturahmi –saling memaafkan- dengan alam ini di hari yang fitri. Silaturahmi yang berkelanjutan dan tidak sesaat. Bentuk silaturahmi yang dapat kita lakukan dengan alam ini dimuali dengan menanam pohon di depan halaman, tidak membuang sampah di sungai, pengehamtan energi dan lain sebgainya. Meskipun kecil tapi kita berusaha untuk menyelatkan alam ini. di hari yang fitri saya mengucapkan ” Minal ’Aidzon Walfaidzin Taqoballohu Minna Waminkum Wa A’lam”. Yosep

No comments: