Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Tuesday, March 3, 2009

Agama

Memahami Kebhinekaan
Oleh Prof.Dr.Abdul Hadi W. M.

MEMAHAMI kemajemukan atau kebhinekaan agama, dan mazhab-mazhab yang pasti dijumpai di dalam setiap agama, memang bukan persoalan mudah. Begitu pula untuk bertoleransi seandainya faktor-faktor sosial budaya, politik, ekonomi, dan pendidikan tidak turut membantunya. Damai di muka bumi dimulai dari damai dalam hati. Jika hati manusia erganggu oleh faktor-faktor luar yang menyebabkan timbulnya rasa kurang aman dan tak merasakan damai lagi, maka tibalah masanya untuk hanya mementingkan didirnya sendiri dan golongannya sendiri.

Dalam al-Quran, surat al-Baqarah ayat 251 Allah berfirman, "Seandainya Allah tidak mengimbangi segolongan manusia dengan golongan yang lain, pasti bumi akan cepat hancur. Namun kasih sayang Allah bagi semesta alam melimpah ruah."

Jalaluddin Rumi pernah menulis, "Keyakinan itu banyak, namun jiwa yang mengikatnya satu semata. Ibarat sinar matahari di kolam air dan danau yang berbeda-beda, yang kelihatan banyak, namun sumbernya satu." Bagi orang yang biasa melihat segalka sesuatu dari segi lahir dan formal kehidupan, tidak mudah melihat bagaimana Sumber yang satu menggerakkan itu semua. Jika kita lihat sinar matahari di danau yang bergelombang airnya, akan berbeda dengan melihat pantulan sinar yang sama di bak air yang tenang. Hanya dengan penglihatan batin yang terang dapat menyaksikan bahwa Yang Esa tidak pernah berhenti berurusan dengan ciptaan-Nya. Baba Tahir, sufi dan penyair Persia abad ke-12, dianugerahi penglihatan batin seperti itu. Maka dia dapat menulis syair berikut ini:

Hanya Tuhan Kulihat

Di pasar, di biara -- hanya Tuhan kulihat
Di lembah dan gunung -- hanya Tuhan kulihat
Sering ia tampak berada di sampingku kala bencana menimpa
Dalam senang dan di tengah keberuntungan
Hanya Tuhan kulihat
Tatkala berdoa dan berpuasa, waktu shalat dan tafakkur
Dalam agama Rasulullah hanya Tuhan kulihat
Bukan jiwa atau tubuh, bukan kejadian atau hakikat
Bukan sifat atau sebab -- hanya Tuhan kulihat.
Kubuka mata dan dengan sinar wajah-Nya di sekelilingku
Yang terjumpa mata dalam segala -- hanya Tuhan kulihat.
Seperti lilin aku lebir dalam nyala-Nya
Di dalam kepungan api berkobar -- hanya Tuhan kulihat.
Kulihat jelas dengan mata hatiku
Namun bila kulihat dengan mata Tuhan - hanya Tuhan kulihat.



Tetapi di mana letak mata yang dapat menyaksikan hakikat kesatuan itu? Rumi menulis dalam Matsnawi:

Ketika rahasia penciptaan terbuka
Tanda-tanda keagungan dan keindahan-Nya pun sirna
Kucari di palang salib, dalam kerumunan orang Nsrani

Payah kucari ke sana ke mari
Namun ia tak kujumpa di palang salib

Kudatangi kuil Hindu, pagoda Buddha dan vihara
Tak juga ia kujumpa di sana
Ke Herat dan Kandahar aku pergi
Ke puncak-puncak gunungnya yang tinggi
Tak, tak kujumpa ia di tempat rendah atau pun tinggi
Ke puncak bukit Qaf aku mendaki
Hanya sarang burung Anqa yang kujumpai
Ke Yerusalem, ke Kuil Sulaiman dan Masjid al-Aqsa
Ke Ka`bah di Mekkah coba kucari di sana
Tak, ia tak ada di tempat berlindung orag tua dan muda

Kutanya Ibn Sina, para filosof ulung
Ia pun tak tahu di mana tempatnya
Belok haluan aku pergim ke tempat lebih jauh
Tak kujumpa ia di istana-istana megah
Yang dipuji setinggi langit
Kini aku pun pergi dan masuk ke dalam hatiku

Ya, kini kulihat tanda-tanda keagungan dan keindahan-Nya itu
Ia ternyata tidak di tempat lain dijumpa
Melainkan dalam hati sendiri


Untuk sementara saya cukupkan sekian dulu. Keyakinan agaknya memang sukar diperdebatkan dan toleransi atau kemajemukan tidak pula dapat dipaksakan, apabila kita sendiri tidak memahami kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada diri kita. Termasuk pemahaman dan pengetahuan tentang agama serta sejarahnya. Telah banyak pencarian dilakukan, akhirnya seperti dikatakan Hamzah Fansuri jua dalam syair tasawufnya:

Hamzah Fansuri di dalam Mekkah
Mencari Tuhan di Baitul Ka'bah
Di Barus ke Quds terlalu payah
Akhirnya dijumpa di dalam rumah

Karena itu jangan terlalu jauh pergi dari keyakinan, pemahaman dan pengetahuan kita sendiri.


PENULIS adalah Dosen ICAS-Jakarta.

SUMBER: milis SuaraHati@yahoogroups.com

No comments: