Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Thursday, September 20, 2007

Ateis

Jalur Seorang Ateis Pemikir
Yudhie*

“Menohok Akal, Menantang Iman!!”
“Lebih Rebel dari yang Rebel!!”
“Lebih Melawan dari yang Melawan Otoritas!!”

Prolog
Pada mulanya adalah keraguan; keraguan tentang kebenaran yang ada. Keraguan memicu keyakinan; keyakinan tentang kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran itu bersama-sama denganku dan kebenaran itu adalah aku.
Pencarian

Sepanjang masa orang mencari sesuatu yang lebih luhur daripada dirinya sendiri, yang ada di balik semua ini; sesuatu yang kita sebut kebenaran atau tuhan, sesuatu yang (mungkin) kekal. Orang juga senantiasa bertanya: “Apa arti semua ini?” “Apakah hidup punya arti?”

Karena tidak menemukan apapun, orang merasa kecewa dan mulai mengharapkan pimpinan dari seseorang yang memberitahu mereka tentang baik atau buruk, benar atau salah. Orang-orang percaya pada yang namanya Sidharta, Juru Selamat, Nabi Akhir Zaman, Whatever!! Dengan demikian orang telah menganut suatu pola atau tata tertentu sehingga kelakuan dan pikiran mereka menjadi mekanis, dan tanggapan mereka terhadap suatu peristiwa menjadi otomatis.

Selama berabad-abad kita telah diindoktrinasi oleh guru, pemimpin, bahkan alkitab; kemudian kita puas dengan gambaran yang mereka berikan. Itu berarti bahwa hidup kita didasarkan pada kata-kata belaka dan hidup kita bersifat dangkal dan kosong.

Kita tidak orisinal. Selama ini kita hidup berdasarkan pada apa yang telah diberitahukan kepada kita. Dan saya, tapi itu dulu, juga (mungkin) Anda terpaksa menerima segalanya itu karena situasi atau lingkungan. Kita merupakan hasil dari segala macam pengaruh dan tidak ada apapun yang baru di dalam diri kita, tidak ada yang kita temukan sendiri, tidak ada yang orisinal, murni, dan jelas.
Ironi

Batin kita menjadi tidak mampu apa-apa, tolol, dan tidak peka. Sungguh ironis bahwa kebanyakan dari kita menentang tirani politik dan kediktatoran, tapi secara batiniah kita sebenarnya menerima otoritas; otoritas spiritual, segala upacara, ritual, dogma. Dan apabila kita mencoba menolak itu semua untuk berdiri seorang diri dan langsung bertentangan dengan masyarakat, maka kita bukan manusia yang pantas dihormati lagi.

Pertanyaan tentang apakah ada tuhan itu atau kebenaran atau apapun Anda menyebutnya, tidak akan pernah terjawab oleh buku, pendeta, sufi, maupun kyai. Tak seorangpun atau apapun dapat menjawab pertanyaan itu kecuali Anda sendiri. Karena itu mulailah dengan memahami diri Anda sendiri.

Maka untuk menemukan apakah sesungguhnya ada atau tidak sesuatu di balik kehidupan yang penuh kekhawatiran, dosa, dan ketakutan ini, orang harus menghadapinya dengan sikap yang lain, yang sama sekali berbeda.
Tradisional vs Aktual

Kita diberitahu untuk melakukan ini dan itu; dilarang untuk melakukan ini dan diwajibkan melakukan itu. Kalo begini dosa dan jika begitu dapat pahala. Kita jadi terkondisi!! Pola pikir dan cara pandang kita menjadi tidak orisinal dan sangat tradisional.

Kita berharap pada sesuatu yang tidak nyata dan takut akan hal-hal yang tidak kita kenal; takut mati dan sesuatu di baliknya, takut bagaimana hari esok. Sungguh bodoh!! Inilah kehidupan kita sehari-hari yang justru penuh ketakutan dan harapan kosong. Dan setiap bentukan filsafat maupun konsepsi teologi semata-mata hanya pelarian dari keadaan yang sesungguhnya. Padahal sebenarnya keadaan tersebut harus kita hadapi secara aktual. Sama aktualnya ketika kita menyadari kita lapar atau ketika kita merasa lelah.
Temukan Kebenaran

Mari kita lihat situasi sekarang. Sepertinya orang-orang punya ‘lorong’-nya tersendiri untuk dilalui. Lorong untuk menuju kebenaran. Seorang hindu mempunyai lorongnya sendiri dan pada saat yang sama orang lain juga mempunyai lorong kristen atau lorong islam. Dan konon kabarnya lorong itu akan menuju pada ruang yang sama yang mereka namakan surga. Tapi pada kenyataannya orang-orang yang berbeda lorong tersebut bermusuhan dan saling menyangkal. Saya tidak dapat membayangkan kebenaran yang seperti itu. Saya rasa kita tidak perlu ikut-ikutan orang-orang, merasa dia berada di lorong yang benar sedangkan orang lain di lorong yang salah.

Kebenaran itu tak berlorong. Kebenaran adalah sesuatu yang hidup, sesuatu yang tidak terdapat dalam kuil, masjid, ataupun gereja. Dan tiada seorang pun atau konsepsi apapun yang dapat menuntun Anda kepada kebenaran.

Anda akan melihat bahwa kebenaran yang hidup ini adalah Anda sendiri, kita, yang sebenarnya!! Segala kesedihan kita, bahagia kita, kemarahan kita, canda tawa kita. Yang perlu Anda lakukan hanyalah memahaminya. Memahami sesuatu yang hidup ini dalam diri Anda, yang tidak mungkin Anda dapatkan melalui suatu ideologi, tirai kata-kata dalam alkitab, melalui konsepsi, ataupun melalui harapan-harapan dan ketakutan-ketakutan.

Dengan demikian, Anda tidak bergantung pada siapa pun juga. Tidak perlu petunjuk jalan, tidak perlu guru, dan tidak ada otoritas. Yang ada hanyalah Anda, dan hubungan Anda dengan orang lain dan dunia. Ya, tidak ada apapun selain itu!!

*Mahasiswa TI (Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung

No comments: