Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Friday, December 28, 2007

Akhir

Refleksi Atas Refleksi Akhir Tahun
Oleh Yosep Somantri

Tahun 2007 hanya tinggal menghitung hari saja segera akan kita lewati, tahun barupun sudah dipenghujung mata. Disepanjang tahun beragam aktifitas telah dilalui. Biasanya dalam kontek makro (negara) dibulan terakhir sebuah tahun media dan beberapa kalangan sering mengadakan refleksi akhir tahun.

Catatan-catatan penting yang dilewati diungkap kedepan public. Refleksi adalah sebuah renungan untuk mengevaluasi dari kegiatan lampau. Layaknya sebuah evaluasi kelemahan dan kelebihan sering dituangkan. Konon hasil dari evaluasi sering dijadikan acuan untuk menghadapi tahun berikutnya.

Rutinatas sebuah refleksi akhir tahun bak ritual yang bersifat Formalistik. Jangan-jangan refleksi yang sering kita adakan tidak memiliki dampak yang signifikan bagi perubahan yang diharapkan. Atau sebuah perayaaan yang kering dari sebuah nilai. Mungkin ini merupakan dampak dari dunia rasionalistik-materialistik. Teringat pada seorang Filosof asal Francis Henri Bergson yang berusaha meng-counter pandangan ini salah satu pandangnya ialah pengalaman Fenomenal dan Eksistensial. Pengalaman Fenomenal adalah hasil konkret dari pengalaman indrawi yang diolah oleh akal manusia. Akal manusia sering memilah-milah (atau meruang-ruangkan) objek yang ditelitinya. Dan ini berlaku baik bagi ruang maupun waktu.

Ruang yang pada dasarnya satu (bumi) dipecah menjadi satuan satuan yang sama. Kilo meter, yard, inchi dll. Karena akal memahami bahwa satu kilometer persegi di Indonesia sama baik ukuran maupun kualitasnya dengan satu kilometer persegi di Amerika. Hasilnya adalah kesulitan akal untuk memamahami ada orang yang membedakan tempat-tempat yang suci dan yang profan karena menurutnya sejengkal tanah di Cianjur tidak akan ada bedanya dengan sejengkal tanah di Yerusalam atau Mekkah.

Yang menarik ialah tentang kecenderungan akal yang juga memilah dimensi waktu kedalam satuan-satuan ; milinium, abad, dasawarsa, tahun, bulan, minggu hari, waktu dan lain sebagainya. Pengalaman Fenomenal berangkat dari analisa akal. Hal itu berbeda dengan pengalaman Eksistensial yang masih menurut Bergson pengalaman ini didasari oleh nilai emosi, mental, spiritual manusia. Pengalaman eksistensial tentang ruang dan waktu, tentunya bukanlah pengalaman sebagaimana dikonsepsikan oleh akal, melainkan pengalaman yang kita rasakan dan alami.

Dalam kontek keseharian kita seringkali merasakan adanya kontradiksi antara apa yang dirasakan dan apa yang dirasionalkan. misalnya berbincang dengan seorang pacar akan terasa lebih lama dibandingkan dengan berbincang dengan seorang professor meskipun waktunya sama satu jam. Kembali lagi tentang refleksi akhir tahun apakah sebuiah refleksi itu didasari pada penglaman Fenomenal atau Eksistensial. Pengalaman Fenomenal yang hanya bertumpu pada akal. Setahun berlalu yang sepertinya hampa dengan nilai emosi dan spiritual. Jika sebuah refleksi hanya bertumpu pada pengalaman Fenomenal kepincangan menjadi dampak laten. Biasanya refleksi acapkali digunakan untuk membangun orientasi visional tahun berikutnya. Maka jangan heran jika rutinitas formalistik refleksi akhir tahun tidak akan membawa dampak.

No comments: