Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Wednesday, December 5, 2007

Buku

Buku: Sepiring Makanan!
Oleh Badru Tamam Mifka

Anggap saja buku yang akan kamu baca seperti
sepiring makanan yang menarik selera
Hingga kamu tak tahan ingin melahapnya
dan menceritakan rasanya
pada orang lain…

Kawanku yang baik.

Tiga hari yang lalu kamu memberiku sebuah buku tebal. Memang sih gak setebal The Origin of Species-nya Darwin atau buku penelitian Clifford Gertz tentang sistem kepercayaan masyarakat Jawa. Gak juga setipis Tukang Kebun-nya Rabindranath Tagore atau buku novel Seorang Gadis Memukul Pelipis karyaku.

Kamu bilang buku itu buatku. Tentu saja aku gembira. Tapi kegembiraanku hanya bernapas 3 menit lebih 9 detik saja dan tiba-tiba lepas, karena kemudian kamu bilang pemberian itu bersyarat: kamu minta aku meresensi buku itu buat tugas kuliah pacarmu; tugas kuliah untuk minggu depan! Aku bawa buku itu. Tapi lewat tengah malam, aku tak kunjung menulis resensi. Alih-alih memenuhi permintaan kamu. Aku malah menulis surat ini buat kamu.

Kawanku yang baik.

Bukannya aku gak gembira tiba-tiba dapat buku gratis. Tapi apakah kamu gak tertarik untuk bisa menulis resensi? Tapi apakah kamu gak punya sedikit waktu luang untuk menulis resensi buku? Aku bersyukur jika kamu sudah ngerti gimana menulis resensi. Kalau belum, marilah kita sama-sama belajar memahami tentang resensi buku yang akan aku tulis ini…

Nah, terlebih dahulu, aku ingin menjelaskan sedikit tentang apa itu resensi buku sebelum kita sampai pada pembahasan gimana menulis resensi. Pada mulanya recensie. Kita dapat menemukan kata aneh itu dari bahasa Belanda. Tapi, konon, orang Belanda ketiban kata tersebut dari bahasa latin: recensere, yang bermakna memberi penilaian. Kalau orang inggris sih menggunakan istilah review untuk mengupas isi buku, film, pertunjukan musik, drama dan sebagainya. Dari asal kata tadi, maka resensi buku dapat dimengerti sebagai langkah memberi penilaian, mengungkapkan kembali isi buku, memberikan ulasan, membahas, mengkritik ataupun meringkas. Tentu saja dengan maksud menginformasikan apa saja yang termuat dalam buku itu secara sekilas pada orang lain. Dan kamu juga perlu tahu, orang dapat menyebut banyak nama lain bagi resensi, seperti bongkar buku, bedah buku, apresiasi buku, ulasan buku, berita buku, maktabah, rehal dan sebagainya.
Kawanku yang baik.

Sebelum menulis resensi, kamu harus yakin dulu bahwa kamu sudah bisa menikmati seluruh isi buku yang akan di resensi. Kamu bisa membayangkan tengah duduk di hadapan meja makan sambil menikmati sepiring makanan yang mengundang selera makanmu. Bacalah, nikmati dan pahami rasa buku itu. Di daftar itu misalnya kamu menemukan menu makanan malam ini adalah meringkas, menjabarkan, menganalisis, membandingkan dan memberi penekanan. Anggap saja itu menu makanan yang sebentar lagi akan kamu lahap dalam proses meresensi buku.

Menu pertama

Misalnya kamu memilih menu meringkas untuk meresensi malam ini. Di menu pertama ini, kamu bisa menulis resensi sebuah buku dengan niat sekedar ingin meringkasnya. Boleh saja. Disana kamu dapat meringkas berbagai macam persoalan dalam buku itu menjadi sebuah uraian yang padat dan jelas. Kamu bilang saja: “aku pingin meringkas buku ini.” Kamu baca lagi bukunya, dan kembali mengingat isinya dengan buku tertutup. Kamu bisa andaikan cara meresensi jenis ini seperti kamu menceritakan kembali sebuah novel yang baru saja kamu baca pada teman kamu. Tentu saja kamu gak akan nyeritain semua tulisan dalam buku novel itu, kan? Tapi kamu hanya akan nyeritain inti cerita novel itu dengan bahasa sendiri. Mudah, kan?

Menu Kedua

Malam berikutnya, misalnya kamu pilih menu kedua, yaitu menjabarkan. Cara kedua ini dipakai untuk meresensi buku-buku yang sulit dipahami oleh kaum awam, seperti buku-buku jenis terjemahan atawa disiplin ilmu tertentu. Nah tugas kamu menjabarkan muatan buku itu dengan bahasa yang akan lebih dipahami pembaca. Tapi jangan gegabah kalau meresensi buku yang berada diluar bidang keilmuan kamu. Bukan gak boleh, tapi kamu mesti hati-hati dan sangat perlu meminta komentar atau diskusi terlebih dahulu dengan ahli dibidangnya. Ibaratnya kamu mendiskusikan menu makanan yang tengah kamu lahap. Kamu bisa bertanya pada tukang masak atawa orang yang ngerti masakan tentang makanan yang ada dihadapan kamu: dibuat dari apa, bumbunya apa, di campur apa dan seterusnya sampai kamu tahu banyak tentang makanan itu.

Bersambung…

No comments: