Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Friday, December 14, 2007

Kiat

Menulis

Pada akhirnya, kita harus berani jujur terhadap diri sendiri, untuk apa menulis, menungkan gagasan demi gagasan, menghabiskan waktu untuk menyusun kata-kata menjadi kalimat bermakna, dipahami manusia?

Menulis buku kering penuh dengan teori-teori untuk apa itu? Menulis tentang renungan pribadi atas penomena yang dilihat mata untuk apa itu? Menulis cerita pendek, puisi, atau sajak untuk apa itu? Untuk orang lain. Untuk orang lain, untuk apa itu? Kadang aku sendiri berpikir bahwa cerpen hanyalah sebuah tulisan penuh hayalan. Puisi dan sajak hanyalah tangisan hati dan kecengengan sang penulis. Sebenarnya, untuk apa, cerpent, piusi, atau sajak Itu? Dan terakhir untuk apa mempertanyakan itu?


Kalau selama ini dengan menulis orang bisa terkenal, tapi untuk apa terkenal itu? Apakah penulis-penulis besar sendiri mengharapkan itu? Nietzscehe, misalnya sebagai salah seorang penulis sastra mutkhir hari ini, apakah ketika ia menulis ada niat ingin dikenal orang lain? Begitu juga, dengan menulis, orang bisa mendapatkan kekayaan. Tapi, apakah benar secara mutlak bahwa untuk mendapatkan uang salah satu caranya adalah dengan menulis? Bukan kah sering terjadi bahwa penulis tidak berkhir dengan duduk di atas kursi mewah nan megah, tetapi diatas kursi listrik dalam sebuah ruang ruang penjara.Untuk memberikan cermin kepada orang lain agar mereka menghargai hidup dengan menjalaninya secara baik dan benar. Tapi, apakah penulis sendiri telah mengahargai hidup dengan brbuat sepeti itu? Bukan kah banyak yang mengajarkan kabaikan dan kebenaran sementara hidupnya sendiripun berantakan dan kacau-kacau?

Mungkin, menulis tak memiliki nilai apa-apa selain untuk menghargai diri sendiri, dengan berubah ke arah yang lebih positif. Untuk mempermudah itu, terkadang orang yang lemah ingatan barangkali dengan menulis dapat membantu mengingat kembali serpihan-serpihan hidupnya agar mudah untuk perbaiki. Untuk memaknai hidup untuk merubah hidup ke arah yang lebih positif, untuk menghargai hidup agar lebih bermakna, menulis bukanlah satu-satunya jalan, menulis hanyalah salah satu alternatif saja.

Barangkali alasan praktis untuk apa menulis adalah untuk mengimpormasikan sesuatu yang belum diketahui atau menjelaskan sesuatu yang masih samar dan tersembunyi. Untuk itu pula lah menulis akan sedikit bermakna dalam hidup.

Lebih jauh, menulis hanyalah bernilai apabila menulis menjadi salah satu media untuk menyampaikan kebenaran. Kalau ada yang salah, apapun bentuknya, maka ungkapkanlah dengan menulis apa yang sesungguhnya benar. Karena kebenaran mutlak milik bersama, bukan hanya milik satu orang saja sehingga ketika ia tahu maka ada kewajiban memberi tahu kepada yang tidak tahu. Orang yang tahu bahwa sesuatu benar dan sesuatu yang lain salah harus mengimformasikan kepada orang lain bahwa itu adalah salah dan ini benar atau sebaliknya, yang ini salah dan yang lain benar. Berangkat dari alasan itu , mungkin menulis adalah suatu kewajiban. Menulis adalah kewajiban untuk menyampaikan kebenaran.

Untuk apa kebenaran? Tak dapat disangkal bahwa kebenaran adalah syarat mutlak agar hidup memiliki arti, makna dan berharga. Adakah di dunia ini manusia yang sanggup hidup kalau seandainya kebenaran tidak ada. Adakah di dunia ini, orang yang mau melanjutkan hidup kalau seandainya hidup itu sendiri itu tidak bermakna. Bermaknanya hidup ada karena adanya kebenaran makna hidup.

Tapi, apakah sesungguhnya benar, kita ingin menjalani hidup berdasarkan kebenaran, sehingga diharapkan akan bermakna atau berharga. Jangan-jangan, hanyalah omongan saja. Pada faktanya, kita tidak pernah peduli apakah hidup kita benar, bararti, bermakna atau berharga. Jangan-jangan, selama ini kita hidup hanyalah mengikuti bagaimana hidup menghidupi, bukan kita menghidupi kehidupan. Mengikuti semboyan iklan, jangan-jangan, selama ini kita tidak menjadikan 'hidup' lebih "hidup". Tetapi kita menjadikan 'hidup' menjadi tidak "hidup". Kita hidup, tetapi tidak hidup. Bukan hidup dan hidup. Hiduplah hidup!

No comments: