Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Monday, December 24, 2007

Mimpi

Mimpi Yang Tak Terbeli; Ingin Jadi Editor
Oleh Ahmad Sahidin

ZINKANLAH saya memperkenalkan diri, saya bernama AHMAD SAHIDIN. Alumni Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab (Sastra-Budaya-Humaiora) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, tahun 2003. Saya putra bungsu Kelahiran Bandung, 05 Agustus 1981 dari pasangan Almarhum H.Aceng Mahmud dan Almarhumah Euis Rokhaeni. Kakak saya berjumlah empat orang (2 akhwat dan 2 ikhwan). Saya kini tinggal di Jalan Sukamenak Gang Sudirja RT 05 RW 02 Kelurahan Sukamenak, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Kode Pos 40227 Jawa Barat

IPendidikan saya dimulai dari SD Negeri Babakan Priangan III Bandung, lulus tahun 1993; SMP Ganesha Bandung, lulus tahun 1996; SMA Taman Siswa Bandung, lulus tahun 1999; dan S-1 dengan skripsi Konsep Sejarah Menurut Ali Syariati (Bandung: Fakultas Adab IAIN SGD 2003)

Saya pernah aktif sekaligus menjadi pengurus Departemen Kaderisasi SALMAN Komunikasi Aspirasi Umat ITB Periode 2001-2002; Ketua Umum Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman [LPIK] KBM IAIN SGD Bandung Periode 2002-2003; dan Redaktur Buletin LATERAL News LPIK IAIN SGD Bandung.

Selanjutnya pada tahun 2003-2004, bekerja sebagai Redaktur Buletin ALTERNATIF LSM Institute for Human and Cultural Studies Bandung; Pengajar di Panti Asuhan Anak (PSAA) Kurnia Asih, Pasir Luyu Bandung dan menjadi Redaktur Buletin Dakwah KHAMIS (Kajian Hari Kamis) Kurnia Asih.

Kemudian pada tahun 2004-2007 bekerja sebagai Reporter Majalah SWADAYA, menangani situs www.dpu-online.com dan Redaktur Buletin Keluarga SAKINAH ((Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Yayasan Daarut Tauhiid Bandung).

Selain bekerja, juga menulis kolom, esai, dan puisi di Majalah SUAKA (Surat Kabar Kampus) IAIN SGD Bandung; Harian Umum PIKIRAN RAKYAT Bandung; Media PEMBINAAN Majalah Depag RI Jabar; Majalah SWADAYA; Buletin Keluarga SAKINAH; Buletin Masjid DARUSSALAM; dan Harian Umum REPUBLIKA.

Untuk menambah wawasan, saya juga mengikuti kursus atau pelatihan seperti Penerapan Syariat Islam dan Implikasinya pada Masyarakat Kontemporer di Pusat Dakwah Islam (PUSDAI) Jabar, 26 Agustus 2000; Training Pengkaderan Dakwah di Masjid Istiqlal, Bandung, 19-21 September 2003; Training Ma`rifatullah di Ponpes Al-Quran BABUSSALAM, Bandung, 21 Maret– 25 April 2004; Workshop Program Web Design di QUANTUM COLLEGE, Bandung, (program 3 bulan) September-November 2005; Training Jurnalistik BATIC ICMI Bandung, 24 September-17 Desember 2005; Workshop Fotografi & Jurnalistik di Harian Umum PIKIRAN RAKYAT dan STIKOM Bandung, Mei 2006; Seminar dan Lokakarya (SEMILOKA) ”Pemahaman Pencegahan Kejahatan Kepada Masyarakat” diselenggarakan MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kota Bandung dan Kejaksaan Negeri Bandung, Sabtu, 10 Maret 2007; dan Seminar Nasional “Hizbullah Melawan Hegemoni Barat: Upaya Membangun Tata Dunia Berkeadilan” di Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 13 Juni 2007.

Sampai sekarang ini saya masih bergelut dalam pembacaan buku-buku “berat”—begitu biasanya teman-teman di kampus bilang—seperti filsafat, teologi, tasawuf, wacana Islam dan kebudayaan Sunda. Beberapa kajian pun saya ikuti, bahkan sering ikutan kuliah di Pascasarjana UIN Bandung. Itu pun bila dosen-dosen, yang menurut saya luar biasa, seperti Ustadz Jalaluddin Rakhmat, Afif Muhammad, Dimitri Mahayana, dsb memberikan kuliah.

Tokoh yang saya minati untuk wacana Islam selain tokoh dan ulama tempo dulu, juga yang sekarang seperti Imam Ja`far Shadiq, Mullah Shadra, Ibnu Sinna, Ibnu Arabi, Jalaluddin Rumi, Muhammad Iqbal, Ayatullah Murtadha Muthahhari, Imam Khomeini, Yusuf Qardhawi, Allamah Muhammad Husein Thabataba`i, Ali Syaria`ti, Hasan Hanafi, Tariq Ramadhan, Muhammad Al-Ghazali, Hasan Al-Bana, Sayyid Quthub, Muhammad Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, Abul A`la Maududi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dll.

Untuk dalam negeri, saya suka melahap buku-buku karya Ustadz Jalaluddin Rakhmat (Kang Jalal), Muhammad Quraisy Syihab, Aa Gym, HAMKA, Tan Malaka, Pramoedya Ananta Toer, Goenawan Mohammad, Cak Nur, Cak Nun, Afif Muhammad, Haidar Bagir, Gus Dur, Mohammad Sobari, dan beberapa karya lainnya.

Entah kenapa, aktivitas saya di dunia jurnalis kini mulai dirasuki jenuh. Akhir 2006 kemarin memutuskan untuk meningkatkan kemampuan saya ke bidang editor. Untuk menunjang alih profesi itu, saya belajar kepada teman-teman yang sudah lebih dahulu berkpirah di penerbitan. Ya sekedar diskusi aja. Dari diskusi itu saya mulai tertarik masuk dunia editor. Ya ingin fokus dan tahu “letak salahnya” karya tulis orang.

Karena itu pada tahun 2007 saya beranikan diri untuk coba masuk dunia editor. Ya niatnya sih ingin belajar menjadi editor kawakan seperti Hernowo dan Bambang Trims. Menurut saya, editor itu menarik karena fokus dalam mengoreksi dan “membaguskan” karya orang. Dari segi keilmuan, jadi lebih spesialiasi dan mendalam, tidak seperti jurnalis atau redaktur di sebuah media massa. Dan kerja editor itu, menurut saya, pekerja yang mulia—karena jadi penghubung antara si penulis dan pembaca. Ya, agar pembaca bisa mencerna pikiran-pikiran dan ide-ide penulis dengan bahasa yang renyah, enak, dan tak membosankan.

Namun hingga kini saya belum juga jadi editor buku. Saya masih tetap di Majalah Swadaya dengan segala jerit lelah. Saya hanya bisa menenangkan diri dengan membuat catatan seperti ini. Memang, ada beberapa tulisan yang berbuah fee. Tapi hanya esai pendek seputar agama dan kehidupan masyarakat. Itu pun sebatas cuplikan dari beberapa hadits dan ayat quran. Kalau bicara lamaran, ya kurang lebih sepuluh penerbit yang sudah saya ketuk lewat surat dan e-mail.

Ya belum nasib. Mungkin ini kata yang paling tepat buat saya. Insya Allah, saya yakin Allah pasti memberikan jalan yang terbaik bagi saya dengan pendapatan yang cukup dan memuaskan. Amiin Ya Robbal `Alamin.

No comments: