Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Wednesday, February 4, 2009

Umat

Problem Pendidikan Umat
Oleh : JUHAYA S PRAJA

PROBLEM pendidikan umat sangatlah kompleks. Hampir di semua sektor pendidikan dijumpai problem yang meliputi, penyediaan sarana pendidikan yang kurang memadai, tenaga kependidikan yang kurang profesional, kelemahan di bidang pendidikan sains dan teknologi, pendidikan politik, pendidikan ekonomi, pendidikan luar sekolah yang berkenaan dengan perilaku masyarakat madani, seperti memelihara lingkungan hidup yang sehat, serta setumpuk problem lainnya.

Mengingat begitu banyak problem pendidikan umat, tulisan ini mengurai sedikit problem utama pendidikan umat, yakni pendidikan akhlak, dasar-dasar keimanan, dan takwa.

Akhlak bagi sebagian pakar pendidikan bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan secara verbal dan dipahami murid pada tingkat kognitif. Akhlak harus disosialisasikan melalui uswah hasanah atau keteladanan. Keteladanan itu dimulai dari lingkungan keluarga, ayah dan ibu.


Kemudian keteladanan itu meluas ke masyarakat. Namun demikian, keteladanan itu pun merupakan suatu problem. Bagaimana seorang guru, orang tua dan pemimpin serta tokoh masyarakat dapat memberikan suri teladan. Keteladanan seseorang dalam berakhlak mulia hanya mungkin jika ia memiliki keimanan dan ketakwaan. Pendidikan iman dan takwa itu sendiri sering kali merupakan suatu problem.

Marilah kita renungkan bagaimana mengatasi problem ini dan berupaya menyelesaikannya selama bulan Ramadan, atau setidaknya setiap kali datang bulan Ramadan. Marilah kita renungkan pandangan ulama besar, Ibn Arabi yang menyatakan bahwa Alquran hanya bisa dipahami dengan cara mengamalkan Alquran (Tafsir Alquran bi 'amal Alquran). Apabila seseorang mengamalkan pesan-pesan Alquran, maka sesungguhnya dia akan mendapat pendidikan dari Tuhan. Rasul bersabda: addabani robbiy fa ahsana ta 'di-biy. Allah telah mendidikku, perilaku aku menjadi baik. Dengan demikian, Rasul Allah telah menjadi suri teladan bagi kita sekalian.

Mengingat keberhasilan pendidikan dimulai dari keberhasilan pendidikan iman dan takwa, maka ini dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga masing-masing secara bertahap seperti berikut ini: Pertama, pembiasaan ibadah selama bulan Ramadan bersama keluarga. Setiap kepala keluarga berusaha berada di lingkungan keluarganya selama Ramadan, terutama pada saat-saat istimewa, yaitu saat berbuka puasa dan bersahur, salat magrib, isya, dan subuh berjemaah bersama keluarga. Membiasakan membawa Alquran bersama pada saat-saat tertentu, menjelang magrib, bada tarawih, atau bada subuh.

Kedua, mengadakan diskusi kecil dengan anggota keluarga di saat-saat yang paling memungkinkan seluruh anggota keluarga berkumpul. Perlu juga sekali-sekali salat berjemaah bersama keluarga di masjid terdekat dengan rumah.

Ketiga, membelanjakan harta untuk bersedekah, seperti menjamu jemaah masjid untuk sekadar ta'zil, membayarkan zakat fitrah untuk setiap anggota keluarga, dll. Bagi anggota keluarga yang sudah dewasa diusahakan agar setiap anggota keluarga ini membayarkan zakatnya masing-masing kepada amilin.

Pendidikan iman dan takwa pada tingkat komunitas terbatas dapat dilakukan dengan menyelenggarakan salat berjemaah dan tarawih secara bergilir dari keluarga ke keluarga serta berbuka puasa bersama secara bergilir dari satu unit kantor ke unit lainnya. Dalam kesempatan ini pula setiap pimpinan unit kerja, kepala keluarga, hendaklah berusaha menampilkan keteladanannya, dalam kesungguhan beribadah, bersedekah, bertutur kata yang baik, santun, dan sikap penuh rasa saling menghormati.

Inilah bagian penting dari makna yang terkandung dalam ayat Alquran wa ta'awanu- 'ala al-birr wa altaqwa (saling tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebajikan dan ketakwaan). Salat dan zikir berjemaah adalah salah satu bentuk tolong-menolong dalam ketakwaan dan melatih menumbuhkan emotional intelligence (kecerdasan emosional).

Kecerdasan emosional itu sangat diperhatikan dalam rangka menjemput ampunan Allah, kesadaran mengeluarkan infak, mengendalikan sifat pemarah, serta kesadaran untuk memaafkan atas kekeliruan orang lain.

Marilah kita sucikan bulan Ramadan ini dengan memperbanyak amal-amal kebajikan kita, meningkatkan budaya kerja; saling menghormati dan bermunajat kepada Allah agar kita semua mendapat ampunan Allah dan limpahan karunia bagi kebaikan hidup di dunia dan di akhirat.

Penulis, salah seorang pimpinan Pascasarjana UIN SGD Bandung. Sumber Pikiran Rakyat Online

No comments: