Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Monday, February 23, 2009

Islam

Salam. Artikel yang ditulis oleh Ahsa (Ahmad Sahidin) yang dimuat dalam blog ini dengan judul “Islam Bukan Arabisme” mendapat tanggapan kritis dan kontruktif di bawah ini dari seorang dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Iu Rusliana. Wassalam.

Cara Pandang Lain:
Tanggapan untuk “Islam Bukan Arabisme”

Oleh IU RUSLIANA

Salam.

Kang Ahmad, saya mungkin melihatnya lain. Pertama, pemisalan
akang menggunakan baju, menurut saya kurang pas, karena alQuran
sebagai kalamullah salih fi kulli zaman wa makan. Karena itu, nggak
pas pake pemisalan, baju besar dan kecil. Tentunya tidak efel to efel
atuh kang. Saya juga kesulitan mencari pemisalan yang pas.
Kedua, kalau syariat Islam menjadi solusi mengapa tidak? Emang
demokrasi atau pemikiran Islam modern, liberal, pembebasan, dll juga
solusi. Bukan kan? Kita tahu bahwa itu semua adalah opsi solusi.


Karena itu, kalau pun kita menganggap syariat Islam yang digemborkan
beberapa harakah bukan solusi, ya, tentu biarlah mereka tumbuh bersama
pemikirannya itu, kita pun demikian. Kelak waktu lah yang membuktikan
mana yang baik. Biarlah umat memilih, karena itu biarlah kita
melakukan dialog bukan hanya menggunakan akal tapi juga hati nurani
dan doa agar Allah membukakan pintu kebenaran kepada kita, ngapain
urusin orang lain untuk dibukakan hidayah.

Saya juga tidak setuju, alQuran dipandang sebagai respon atas realitas
kultural di Arab saat itu. Pertama, kalau argumentasinya adalah
asbabunnuzul, akang juga tahu hanya sebagian kecil saja ayat yang ada
asbabunnuzul. Kedua, ajaran alquran secara substantif dan formal
berlaku untuk seluruh zaman, karena kita percaya, alQuran diwahyukan
kepada Rasulullah Saw yang juga sebagai khataminnabiyyin. Artinya,
alQuran disiapkan untuk manusia sampai akhir zaman. Dalam upaya
memahaminya pun, manusia terus bertahap dan belum sepenuhnya mampu
memahaminya.

Ketiga, akang terlalu menggunakan hermenetika dan pendekatan
feminisme. Saya kira, hermenetika hanya metode saja. Akang juga
harusnya belajar falsafah bahasa Arab yang menyatakan bahwa penggunaan
hu, lahu, huwa, kalau dalam bahasa Arab bermakna laki-laki juga
perempuan, atau keseluruhan. Itu lah uniknya bahasa Arab. Ya, bahasa
Inggris juga kan membedakan itu semua, such as aktor, aktris, dll. Or
Indonesian Language, Karyawan-Karyawati.

Perkara Tuhan menggunakan kata hu, akan sulit bagi kita memahami
maksudnya. Pendekatan sosio historis dan demografis yang Akang lakukan membuat
alQuran dikerangkeng di masa itu, atau dalam bahasa akang, menggunakan
pendekatan Arabisme. AlQuran menjadi dikecilkan. Padahal dia adalah
hudan bagi orang-orang bertaqwa.

Saya menyampaikan ini hanyalah sekedar mengingatkan kang, Umat Islam,
kaum intelektualnya, kaum mudanya lebih senang ribut dengan saudara
sendiri, apalagi kawan-kawan JIL seperti nggak ada kerjaan nyerang
terus MUI. Saya agak bingung, kok waktu Sutiyoso melarang orang
merokok di tempat umum mereka tak bereaksi. Tapi ketika MUI
memfatwakan haram di tempat umum langsung ribut. Naudzubillah. Kalau
pun memang para ulama itu salah, mereka adalah ulama, yang harus kita
hormati. Ilmu AlQuran dan alhaditsnya sangat hebat-hebat. Kita mah
shalat ge tidak rajin, apalagi, boro-boro hapal, rajin baca al-Quran
aja tidak.

Sedih saya mah kang. Kesedihan saya bukan karena ada sekelompok umat
yang hendak mendirikan syariat Islam, tapi kepada kelakuan kita
bersama yang sedang ribut dengan saudara sendiri. Sementara, kepada
mereka yang jelas-jelas menjajah pikiran, ekonomi dan politik kita
kita membungkuk-bungkuk, menikmati kucuran dana dari negara kafir,
membingungkan umat dengan segala kontroversi isu tanpa memberikan
solusi.

Kenapa kita tidak mendiskusikan bagaimana soal pendidikan umat yang
makin terbelakang, umat yang jauh dari sejahtera, umat yang kurang
melek secara ilmu pengetahuan. Kita tengah dihegemoni dalam bentuk
konspirasi kang. Ini harus diakui. Kita diadu domba dan merasa bangga
kalau sudah melecehkan ulama atau mengkritisi AlQuran. Naudzubillah.

Wassalam.


No comments: