Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Friday, June 15, 2007

Titik 1

Sajak-Sajak AHMAD SAHIDIN

3 sajak | Ayahku, In Memoriam | Gumam Makam Cikutra | Hening, Terasa Diujung Tanah | Kabar Yang Terkapar | Malam | Nyanyian Epos |Sajak Ia | Sumur Tanpa Batas | Tak Terduga | Yang Tak Pernah Tahu


1. 3 sajak

Semalam aku dibawa jalan-jalan
Menelusuri gunung dan bebukitan terjal
Semalam aku dibawa jalan merambah
Jejaki bebatuan dan rerumputan hijau
Mendaki dan menerjang yang ada dihadapanku
Semalam aku dihidangkan makanan

Berbuah akar, putih
Semalam aku dituntun berjalan kebebukitan jauh
Tak berujung hingga tampak disekelilingku
Orang-orang berwajah srigala
Orang-orang berwajah babi
Orang-orang bermuka masam
Memaki dan menghardik diri-sendiri
Semalam aku digandeng berjalan tak berhingga
Nikmati alam sejuk, goda aku untuk tinggal
Bersamanya.
2003


2. Ayahku, In Memoriam

Ayah, ibu pernah cerita tentang masa kanakku
Yang bengal, sampai celanamu kubasahi berak
Dipangkuanmu saat mudik ke kampungmu,
Atau ketika ramadhan yang kau bebaskan
Agar aku tak berpuasa penuh,
Disiang yang terik kau belikan buah belimbing
Yang kusantap dihadapanmu
Ayah, bagaimana ku tak bisa menahan
Tangisanku
Karena air mataku adalah cucuran keringatmu,
” Jang mun anggeus hiji pagawean,
Anggeuskeun nu lainna”.
Nasehatmu padaku yang menegaskan bahwa
hidup adalah amanat
November 2003


3. Gumam Makam Cikutra

I
Iringan keranda sentak aku
Memori 12 ramadhan 4 tahun silam kembali
Melintas secepat kilat dimataku
Diam-diam kedua pipiku basah
Ada tetesan cinta dan bakti
Terasa koyak uluhatiku
Hening, terasa diujung tanah

II
Wajah dan kaki dingin kaku pun beradu ditanah
Papan-papan pun ditenggerkan, bersambut urugan
Dan hentakan kaki-kaki menginjak
Padat tak bersisa celah
Papan nama pun terpancang
Menancap kokoh jadi batas

II
Kisah hidup manusia Tuhan yang punya
Sekuat apapun hasrat dan ikhtiar, pasti berakhir
Cepat seperti waktu yang menelan sejarah
Dan tak ada yang tahu
Kapan berada dan bagaimana akhir hidup
Sebab kematian tak jauh beda dengan kehidupan
09052007


4. Hening, Terasa Diujung Tanah

Iringan keranda sentak aku
Memori 12 ramadhan 4 tahun silam kembali
Melintas secepat kilat dimataku
Diam-diam kedua pipiku basah
Ada tetesan cinta dan bakti
Terasa koyak uluhatiku


5. Kabar Yang Terkapar

Diam-diam kau masuk
Jegal yang lama hinggap
Hingga kaburkan aku darinya
Mungkin ini jalan cerita lain
Harus kuakui, kebaikanmu pacu aku melaju
Tempuh jarak dan waktu yang perlahan
Kuraih bersamamu
Seperti takdir yang tak pernah diundang
Tiba kabarkan pergulatan hidup
Seolah-olah tiada yang pantas
Seakan-akan tiada yang harus kugapai
Merengkuh, mereguk nikmatnya derita
dari Hidup yang diberikan Tuhan
Padaku, padamu, dan pada tiap makhluk
Namun hidup bak ombak menggulung pepasir
Dan busa-busa putih pun berguling-guling terjang Pantai
Ambruk, basah
Hanya kabar yang tersiar
Ada yang terkapar
Mei 2007

6. Malam

Malam yang kutunggu dikegelapan
Sebentar lagi tiba
Bersama nyanyian di peraduan
Mimpi
Saling buktikan diri
Menyatu dalam dahaga
Nikmat
Itulah yang pasti
Tak seorangpun sangkal
2205207


7. Nyanyian Epos

i
Riwayat manusia tak pernah kekal karena riuh
Renta tubuh mengancam wujud
Dan yang wujud tak lagi ada dan tak akan
Pernah sama dengan yang tak berwujud
Yang berbeda dengan cipta-karsanya
Yang tiada bandingnya. karena dia tak terbatas
Dan yang kepuncaknyalah yang jumpa
ii
Mendengar suara lantangmu aku tahu
Bahwa kau melawan dengan ingatan masa lalu
Kau tampakkan dihadapan para perawatmu
Kefasihan dan kecemerlangan ilmu yang kau
Susun sejak kanak yang terlunta
Karena ayahmu diberondong peluru
Empat puluh tahun yang lalu hadir kembali
Pada usiamu yang senja
Kau masih lekatkan tanggung jawab dari dada
Dan kepalamu
Hingga kau sadar bahwa diusia senjamu
Tampak masa kanakmu karena demam hebat
Yang begitu membaranya hinga meledak-ledak
Pada ingatan yang tak bisa kau kabarkan
iii
Mimpi yang diceritakannya padaku
Tentang ruang gelap yang tampak begitu saja
Sosok berbadan kokoh yang siap menerkamnya
Dan saat itu hadirlah segumpal asap putih
Menjelma sesosok tubuh perkasa bersayap sinar
Dan mereka berhadapan mengadu mulut
Mengerang penuh benci, menjamak, memukul
Dan menendang satu sama lain
iv
Dan seorang wanita setengah baya bercerita
Tentang suaminya yang muntah darah
Dipembaringan yang gelisah karena batas
Ya….rabbi, bagaimana bisa kukabarkan
Tentang duka yang tak terduga
Saat kau tentukan batas yang tercinta
Saat aku butuh arahannya
Ya….rabbi, duka apalagi yang akan kau
Timpakan padaku,setelah aku tak berdaya
Karena waktu telah berlalu
Ya….rabbi, bagaimana aku bisa tegar
Kembali menatap masa tanpa seorang tercinta
Yang sekejap pergi jauh tinggalkan aku
Ya…..rabbi, kurela dan sadar
Bahwa hidup ada diujung jari-mu
Allhumaghfirlahu warhamhu wa ’afihi wa’fuanhu
November 2003

8. Sajak Ia

Ia di luar ruang-waktu
Ia di dalam ruang-waktu
Ia melintasi semua
Ia memasuki semua
Yang ada dan tiada
Yang mengada dan meniada
Pada ruang dan pada waktu
bahkan pada pena, pada kertas
dan pada mata yang membaca
13 Mei 2004


9. Sumur Tanpa Batas

Sedalam apapun sumur pasti berujung
Batas yang memisahkan dua bagian
Sebesar apapun yang tersimpan dilubuk
Harus lebur bersama pengorbanan
Demi cinta
Demi rindu
Demi bahagia
Tak pernah kubenci sekejappun
Kala sinarmu yang menyentuhku
Namun hidupku jauh berbeda
Ada nilai yang tak mungkin kuraih
Rupiah jadi ukuran
Angka jadi hitungan
Hari-hariku tak mungkin mengejar itu
Pasti karena bukan itu yang kutuju
Hakikat hidup penuh cinta
Hakikat hidup penuh rindu
Hakikat bahagia penuh damai
Tiada bukan itu persembahanku
Pada Tuhan Yang Mahatertinggi
Pada-Mu ya Ilahi
Pengorbananku untuk yang rela
Bersama meraih bahtera
Dalam duka dan nestapa
Kuyakin kau dapat yang terbaik
Pilihan yang berkuasa padamu
Menjadi titik akhir
Segala kecamuk rindu bersamamu
Pada-Mu ya Ilahi
Ampuni noda dan dosaku
Mei 2007

10. Tak Terduga

Amarah, lagi-lagi tak habis kuredam
Betapa sulitnya tenang dalam kondisi terbebani
Berat terasa dan tak kuasa
Jalani hidup serba terbatas
Tuhan mungkin sedang uji aku
Angkat derajatku
Benarkah? entahlah
Kadang kita harus menerima
Kenyataan yang tak sesuai dengan keinginan
Sakit, sedih, atau kecewa
Harus diterima walau sulit
Karena memang itulah hidup
Tak terduga
April 2007


11. Yang Tidak Pernah Tahu

Mungkin inilah kematian ketika tidak tahu
Hal apa yang mesti kuperbuat
Hal apa yang mesti kusuguhkan
Hal apa yang mesti kukerjakan
Hal apa yang mesti kukatakan
Hal apa yang mesti kudengarkan
Hal apa yang mesti kurasakan
Hal apa yang mesti kualami
Hal apa yang mesti kupikirkan
Saat malam Jumat yang menunggu
Kembalinya aku menjadi bangkawarah
Setelah menghabiskan waktu bersama buku-buku filsafat
Budaya dan sejarah yang kian membutakanku untuk melihat hari-hariku
Atau mungkin akulah yang terpilih menjadi
Tumbal-tumbal peradaban yang tidak pernah
Tahu bahwa diriku tidak tahu
Februari 2004

No comments: