Sajak-Sajak MUHAMMAD DHIAN HARIYADI
Ajal | Cahaya Dunia | Harapan | Hilang | Kelahiran | Keragaman Yang Tergadai | Mereka dan Mereka | Permohonan | Petanda Keagungan Tuhan |
Pijar Ayat-Ayat Yang Sama | Sadarilah.
Ajal
Ketika mata terpenjam, mulut pun terasa kaku
Melepas kebahagiaan, kesengsaraan dan kegundahan
Akhirnya aku menunggu janji-janji dari ayat-ayat yang tersirat
Entah kemana aku dibawa
Aku hanya kabut yang digerakan oleh tombol-tombolmu
Sementara aku harus meninggalkan
Jejak-jejak dalam perjalanan dunia
Simbol-simbol ku pertahankan
Untuk menyelami kehidupan baru
Ketika aku meninggalka kehidupan lalu
Aku terkurung dalam kekauan
Cahaya Dunia
Kala menara air
Bernama cinta
Menara cinta pun
bernama batu
tak tamu tak bertemu
bermimpi dalm mimpi
dalam kelam malam
ada suara panas dan cahaya dunia pun
menjadi lembab
Harapan
Dari separuh keremangan hari
Tiada berdayu aku berdiam
Tak ada kata yang terucap
Dari pintu bibirku
Hanyalah isyarat
Tak mengerti jua
Dari separuh sisa-sisa hari
Yang akhirnya di pupuskan ditengah lapang
Jejak angin semusim
Hapuskan senyuman
Di kala mata memandang
Tak berujung
Kau sempat tangkap aku
Dari kepedihan yang kau rasakan
Hilang
Gemuruh mesin menusk telinga
Kepulan asap menusuk napas
Dan bumi ini terasa sempit
Dengan ilmu-ilmu yang kau amalkan
Dan peradaban baru pun telah datang
Dari sisa-sisa keru sekar
Manusia hanyalah perusak dan pembaharu peradaban
Kelahiran
Di hari dimana darah mengalir
Dari sebuah lubang pelastik yang meledak
Dan darahnya mengepal
Di lorong-lorong kehidupan
Tapi semua itu hanya awal dari perjalanan
Menyikap dunia yang dipenuhi sabda-sabda Tuhan
Keragaman Yang Tergadai
Salam kebebasab
Salam keragaman
Hilang sudah kebebasan di negeri ini
Ketika bangsa sedang terpuruk, kehancuran, konfik antar agama, ras bahkan kekerasan
Paham-paham kebebasan pun tergadai
Dengan fatwa dan materialisme
Dia bagai Tuhan yang menentukan konfigurasi kecil
Oh wahai penguasa
Oh wahai keberagaman
Kini negerimu menanti kedamaian
Dari keindahan dan rasa perbedaan
Mereka dan Mereka
Siapa mereka?
Golongan liberalisme, fundamentalisme, kyai, pastur
Mereka berjuta jiwa, bersatu wajah
Ya apalah artinya rahim pemisah
Yang tak jelas kapan dan siapa
Yang membuatnya
Apalah arti dinding pemisah
Jiwa-jiwa mereka tulus
Menyatu dalam kesehatan dan genggaman kedamaian
Permohonan
Kata, kata, kata, kata
Sikap, sikap, sikap, sikap
Ketika semua tak lagi kau pandang
Tapi janganlah pernah kau benci aku
Walau itu hanya sebuah permainan
Karena aku akan terkungkur
Dalam kesengsaraan
Tapi jika kau benamkan sesuatu dalam hatimu?
Biarkan aku yang mengucapnya
Jika hanya menimpan dendam?
Biarlah ucap maafku tuk menghapusnya
Petanda Keagungan Tuhan
Kenapa siang harus jadi terang?
Kenapa malam harus jadi gelap?
Kenapa matahari harus menyinari?
Kenapa bulan harus redup di balik kegelapan?
Kenapa cinta harus menjadi hati?
Kenapa amarah menjadi konflik?
Kenapa bunga harus mewangi?
Kenapa dunia harus berputar?
Kenapa daun harus bergoyang?
Lalu kenapa aku harus berpijak di atas bumi?
Dan kenapa aku hars merasa hidup?
Tak ku temukan jawabanya sampai saat ini
Karena aku bukan yang menciptakanya.
Pijar Ayat-Ayat Yang Sama
Hitam kelam dalam kegelapan malam
Ku adalah ranah yang ditemani oleh gemercik air hujan
Yang datang seperti sabda Tuhan
Yang mengalir menunggu
Cahaya-cahaya kebahagiaan yang datang
Dari pijar ayat-ayat yang sama
Sadarilah
Mencintaimu diam-diam
Adalah anugrah terbesar
Memandangmu dari kejauhan
Membuat hatiku damai
Melihatmu tersenyum
Membuat aku bahagia
Walau kau tak pernah anggap aku ada
Namun ku yakin kelak suatu saat kau akan menyadarinya
Ada seorang yang sangat mengharapkanmu
Dari sela-sela lubang kehidupan
Dan selalu menunggu dari titik
Pengahbisan tiba
No comments:
Post a Comment