Sekedar LPIK

My photo
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung

Sunday, April 29, 2007

Lunturnya Tradisi Dialog

Buntut Lunturnya Tradisi Dialog Itu Bernama Surat Pernyataan
Oleh Ibn Ghifarie

Keluarnya surat edaran Menyatakan ‘Mengundurkan diri sebagai pengurus LPIK (Lembaga Pengkajian Ilmu Kesilaman-red) KBM UIN Sunan Gunung Djati Bandung periode 2006-2007 sekaligus melepas identitas kenggotaan LPIK’ oleh Badru Tamam Mifka, mantan Ketum LPIK periode 2005-2006 (18/01).

Tak ayal lagi, hal ini membuat sebagian pengurus dan anggota kebingungan sekaligus bertanya-tanya. Pasalnya, kepengurusan masa bakti 2006-2007 baru beberapa bulan dilantik dan Mabim (Masa Bimbingan Anggota Muda) pun belum berjalan dengan baik. Salah satu pengurus angkat bicara Abdul Kumis, Koord Divisi Ekternal ‘Saya ngarasa kecewa jeung teu satuju Badru kaluar ti LPIK. Kulantaran terlalu buru-buru nyokot kaputusan, teu bijak jeung egoislah, ungkapnya.

‘Mestinya ngobrol terlebih dahulu dengan pengurus untuk mengundurkan diri tersebut. Sebab segala persoalan bisa diselesikan dengan dialog. Ini tidak dan keluarlah surat pernyatan,’ tambahnya.

Menyoal pengunduran diri mantan Ketum LPIK itu, Tedi Taufik Rahman selaku Ketum LPIK periode 2006-2007 beranggapan ‘Ini hanya ekspresi kejengahan saja dan cukup beralasan. Meski dalam bentuk titik nadir ekstrim, katanya.

‘Secara pribadi saya bangga dengan keputusan Badru dan sent of bilonging Ia terhadap LPIK begitu tinggi daripada Hakim (anggota divisi Internal-red) yang tidak aktif dikepungurusan dan tidak menyatakan diri keluar dari kepengurusan sekarang, baik secara lisan maupun tulisan,’ jelasnya.

Berbeda dengan Tedi, Iya Maliya anggota Divisi Ekternal sekaligus Pimred Suaka (Lembaga Pres Mahasiswa-red) menilai ‘Biasa aja. Mentang mentang anak lembaga kajian surat pengunduran diri saja dibikin secara tertulis dan panjang. Coba kalau di Suaka mengundurkan diri cukup dengan lisan saja,’ paparnya.

‘Inilah sindrom cinta. Sudah jelas misalkan LPIK itu mempunyai berbagai macam masalah. Ini malah diperumit lagi dengan keluarnya Badru, tambahnya.

Tentunya, komunikasi antar pengurus pun sudah tak sehat lagi. Jika setiap persoalan harus diselesaiakn dengan tulisan semata, tanpa adanya dialog terlebih dulu, ujarnya.

Senada dengan Iya, Reni Sendiawati, Bendum LPIK ikut menggapi ‘Biasa aja’. Kok, kelemahan lembaga dianggap tameng buat keluar dari lembaga. Padahal yang saya ketahui bukan itu alasan mengundurkan dirinya. ’Ah geus kapangih modalna jeung beulangna sifat manehna ku barudak,’ tegasnya.

‘Bingung. Abong hayang dipika ngarti ku batur, tapi manehna anu teu ngarti ka batur. Maeunya teu ngobrol heula jeung barudak. Ujug-ujung kabur bari nyieun tulisan pernyataan,’ cetus Johan Koord Johan Koord Seni dan Budaya.

‘Tapi lamun mah kaluar ti LPIK keur majukeun organisasi lain, samodel GPMI mah teu nanaon jeung urang ngadukung pisan. Kade omat lamun di GPMI teu baleg oge. Tah anu kitu mah hayang meunang soranangan we,’ tegasnya.

‘Teu bisa kumaha deui. Da ieu mah geus urusan eksistensial,’ Sutisna sekretasir Divisi Seni dan Budaya.

Atuh antukna mah bakal saling menghakimi, tidak ada dialog dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusanya, katanya.

Berbeda dengan Sutisna, Wanda Al-Rasid, Koord Divisi Internal berkata ini salah yang dilakukan oleh Badru. ‘Salah ibarat membuat patah semangat kepengurusan. Walaupun, ini hasil dari akumulasi masalah-masalah sebelumnya. Imbasnya pada kepengurusan sekarang,’ paparnya.

‘Ceuk urangmah ieu aya kaitanan jeung masalah hate,’ tambahnya.

Lain pengurus. Lain pula Anggota Muda. Bagi Pradewi Chatami, mahasiswa Psikologi berkata ‘Inilah delirium (Kekacauan sebelum sekarat), kekanak-kanakan, teu otokritik. Pokonamah teu sehat jeung masih keneh boga hutang 2 buletin lateral ka LPIK,’

‘Biasa teu biasa jeung emosioanal we. Solana ari saya mah karek ka LPIkna ge jeung teu apal kumaha tradisina, kata Dian mahasiswa Sosiologi semerter III.

‘Ayeuan aya anu ngundurkeun sagala ti kapengurusan pan teu hade jeung bakal di contoan ku budak anyar, lamun teu genah didieu (LPIK-red). Pokonamah jangan ada dusta diantara kita,’ jelasnya.

Senada dengan Dian, Naoval Ketua Angkatan anggota muda menjelaskan ‘Takut perlakuan serupa ditiru oleh kawan seangkatanya, manakala sudah tak nyaman lagi di sini (LPIK-red)’, paparnya.

Walapun sebelumnya ‘Ada keganjilan di Badru sendiri, terutama dalam sikap (sebelum pindah-red) dan sewaktu di angkutnya buku-buku di WSC. Padahal LPIK mempergunakan perpustakan tersebut, ujarnya.

‘Aneh we. Maenya keceriaan dan kebahagian memajukan LPIK selama 3 tahun kalah dengan kekcewaan selama 2 minggu. Pan teu logis jeung emosional we. Padahal, Badru merupakan pilar LPIK. Jika ia keluar, maka ada yang kurang di LPIK, menutup perbincangannya.

Biasa wae jeung geus waktuna. Maeunya mantan ketua masih jadi pengurus tambah Abdul Aziz, mahasiswa jurnalistik semester IV.

Meski membuat kebingungan Pengurus dan Anggota. Namun dilain pihak seakan-akan beredar surat pernyataan pun tidak membuat getir LPIK. Salah satunya Didin Syarifuddin, mantan Koord Divisi Metodologi dan Wacana berujar ‘Ah, sok wae rek kaluarmah jeung urang ngadukung. Lamunmah hiji jelema geus teu nyaman di imahna sorangan’.

Selain itu, tambahnya ‘Lain opat alasan eta anu matak Badru kaluar, tapi sigana aya kaitanan jeung duriat. Matakna ari heureuy teu tong kamalinaan heg jadi we kieu akibatna’,

Bagi Farid Ridwan Koord Nalar Intelektual ‘Wajar, soalnya saya merasakan sendiri bagaimana keluh kesah Badru. Walaupun tergesa-gesa, ungkapnya.

Menurutnya, ‘Secara psikologis sudah tak nyaman lagi. Masa mantan ketua jadi pengurus lagi. Di organisasi manapun tidak ada perlakuan seperti itu dan profesionalisme tidak ada di LPIK’,

Lain keluarga besar LPIK. Lain pula WSC (Women Studies Center) menyayangkan pengunduran diri Badru ‘Sangat disayangkan keluar dari LPIk. Padahal dulu LPIK ibarat tubuhnya. Segala kegiatan dan aktifitas LPIk pasti dilakukan dengan sungguh-sungguh dan diutamakan terlebih dahulu olehnya daripada organisasi lain’, kata Dedeh Ketum WSC.

Walau begitu, Ia medukung segala keputusan Badru. Mungkin itu yang terbaik dan sudah tepat. Sebab Ia mantan Ketum. Meski caranya tak tepat, jelasnya.

Menanggapi tanggapan miring dari pelbagai pengurus dan anggota LPIK, Badru Tamam Mifka ketika ditemui lateral di kosan sementaranya (18/01). Ia memaparkan ‘Wajar saja mereka berkata seperti itu. Sebab segala keputusan pasti ada konsekuensinya. Yang jelas Saya ingin membuktikan kepada kawan-kawan bahwa persoalan pribadi bisa berimbas pada organisasi. Selama ini mereka beranggapan adanya pendikotomian antara masalah pribadi dan organisasi. Padahal, kedua-duanya saling berkaitan’, ungkapnya.

Walaupun dalam tulisan (surat pernyataan-red) itu, hanya gambaran umum dan bentuk ideal satu organisasi. Tapi lagi-lagi masalah pribadi (konplik-red) dapat mempengaruhi dan menggangu stabilitas kinerja organisasi, tegasnya.

Selain itu, mudah-mudahan dilayangkanya surat pengunduran diri sebagai ajang introspeksi diri buat kepengurusan sekarang. Sehingga sikap kekeluargaan dan keterbukaan diantara kita terjaiin kembali, tambahnya.

Menyinggung ketidak harmonisan komunikasi antar pengurus. Menurutnya ‘Memang saya akui untuk masalah pengunduran diri sebelumnya tak pernah di dialogkan kepada siapapun. Namun, bukankah kehadiran ‘Surat Pernyataan’ sebagai bentuk dialog secara tulisan. Karena saya percaya kawan-kawan LPIK lebih pandai dalam menafsir dan memaknai kata-kata’.

Hingga pemberitaan ini diturunkan pihak LPIK secara kelembagaan belum bisa mengambil keputusan, kecuali secara individu berharap forum dialog segera dilakukan. Seperti yang diungkapkan Tedi ‘Kita adakan kumpulan b’ada Maghrib seluruh pengrus guna membahas surat pernyataan tersebut, ujarnya.

‘Mudah-mudahan dengan adanya, surat pernyataan ini dapat mempererat tali persaudaraan kita dan meningkatnya muhasabah, baik secara pribadi maupun lembaga, menuntup perkataanya.

Perkataan senada pun dilontarkan Johan, ‘Harus diadakan semacam ruang curhat. Setiap pengurus atapun angota ketika ada persoalan harus dikomunikasikan dalam forum tersebut.

Selain dialog itu, harus diadakan rencana pesan singkat buat pengurus tersebut. Sebab tak semuanya pengurus dan anggota mahir dalam bicara, terkadang sulit atau sebaliknya, tambah Farid.

‘Serta harus dibentuk team khusus penggerak kesadaran guna membangun kebersamaan dan bertangung jawab, jelas Wanda. [Ibn Ghifarie]
Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 19/01;02.57 wib

No comments: